Laporan Akhir Praktikum Geomorfologi Dan Klasifikasi Tanah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan (Verstappen,1983). Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang mengakibatkan modifikasi permukaan bumi (Thornbury, 1970). Bentuklahan mengalami perubahan secara dinamis mengalami proses perubahan salama proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut. Tenaga yang bekerja disebut denagan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami yang mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi seperti air menagalir, air tanah, gletser, angin, penyinaran oleh matahari.
Peta kontur adalah peta yang menunjukan lokasi titik yang sama tinggi yang digambarkan dalam garis khayal atau garis kotur. Peta kontur berfungsi salah satunya adalah untuk menggambarkan relief muka bumi. Adanya peta kontur tersebut dapat diketahui lereng yang ada di topografi tersebut sehingga dapat dianalisis untuk mengetahui bentang alam tersebut yang dapat dijadikan suatu potensi untuk mengetahui kesesuaian bentang alam tersebut dengan suatu lingkungan seperti hutan lindung, lahan pertanian budidaya, lahan hutan industri, perkotaan, jalan, dan lain sebagainya. 
Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini untuk dapat mendiskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan tentang bentang alam tersebut dan pengaplikasiannya topografi tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum geomorfologi adalah:
1. Mengenal Peta topografi, garis kontur, sifat garis kontur, pola kontur,          kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.
2. Mampu membuat peta topografi berdasarkan data titik-titik ketinggian
3. Mampu membuat peta kontur dengan menggunakan software komputer secara mandiri.
4. Mampu membuat interpretasi bentuk bentang alam berdasarkan peta topografi
5. Mampu membuat deskripsi satuan geomorfologi kualitatif dan kuantitatif berdasarkan analisis peta topografi.
6. Mampu mengaplikasikan pemanfataan analisis peta topografi.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum geomorfologi adalah:
1. Mahasiswa mampu mengenal Peta topografi, garis kontur, sifat garis kontur, pola kontur, kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng.
2. Mahasiswa mampu membuat peta topografi berdasarkan data titik-titik ketinggian
3. Mahasiswa mampu membuat peta kontur dengan menggunakan software komputer secara mandiri.
4. Mahasiswa mampu membuat interpretasi bentuk bentang alam berdasarkan peta topografi
5. Mahasiswa mampu membuat deskripsi satuan geomorfologi kualitatif dan kuantitatif berdasarkan analisis peta topografi.
6. Mahasiswa mampu mengaplikasikan pemanfataan analisis peta topografi.

II. METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal  September 2018 - 22 Oktober 2018 pukul 13.30 - 14.50 WIB di Laboratorium Sumber Daya Lahan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.2. Alat dan Bahan

1. Personal Computer  
2. Software Surfer v.15
3. Lembar peta plot titik ketinggian
4. Pensil teknis
5. Penggaris

2.3. Metode pelaksanaan

1. Memploting ketinggian secara manual mmenggunakan software Surfer v.15.
2. Menampilkan hasil plot titik ketinggian dan membandingkan dengan lembar deskripsi peta titik ketinggian.
3. Menampilkan peta kontur, peta kontur 3D, gambar medan 3D, gambar penampang U-T dan penampang B-T. 
4. Mengklasifikasi hubungan antara hubungan kelas sudut lereng dengan penggunaan lahan.
5. Membuat narasi tentang pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi tersebut.

III. HASIL PENGAMATAN

3.1. Titik Ketinggian

3.2. Peta kontur


3.3. Peta kontur 3 Dimensi


No.
Y
X
Kemiringan %
Keterangan
I
0,87
1,54
55,02 %
Sangat terjal
II
1,03
2,60
48,87 %
Terjal
III
1,86
1,84
90,09 %
Sangat terjal
IV
0,60
1,57
32,76 %
Terjal
V
1,90
1,87
110,2 %
Sangat terjal
VI
0,67
2,94
32,98 %
Terjal












No.
Y
X
Kemiringan %
Keterangan
I
2,65
3,7
71,62, %
Sangat terjal
II
1,83
2,09
87,55 %
Sangat terjal
III
1,13
4,21
26,84 %
Terjal

IV. DESKRIPSI

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan di bawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.
Garis ketinggian pada peta (bidang dua dimensi) dan di lapangan (ruang tiga dimensi). Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut.Garis ketinggian mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang lebih tinggi.
2. Garis ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak akan bercabang.
3. Pada daerah yang landai garis ketinggian akan berjauhan, sebaliknya pada daerah yang terjal akan saling merapat.
Untuk kondisi daerah yang khusus (seperti tebing, kawah, jurang) garis ketinggiannya digambarkan secara khusus pula :
1. Garis ketinggian yang menjorok keluar,merupakan punggung bukit dan selalu seperti bentuk huruf ‘U’.
2. Garis ketinggian yang menjorok ke dalam, merupakan lembah dan selalu seperti bentuk huruf ‘V’.
3. Selisih tinggi antara dua garis ketinggian yang berurutan (interval) adalah setengah dari bilangan ribuan skala, (contoh:  1/2000 x 100.000 = 50 meter).  Kecuali bila dinyatakan dengan ketentuan lain.
4. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara dua garis ketinggian yang berurutan.
5. Warna garis-garis ketinggian pada peta digambarkan dengan warna coklat ataupun hitam.
Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik.Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut.

4.1 Deskripsi Bentuk Topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka bumi. Dari peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi. Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Peta topografi juga disebut juga dengan peta kontur. Dengan adanya peta kontur maka dapat diketahui relief atau tinggi rendahnya suatu permukaan bumi tersebut. Peta kontur tersebut dapat mencirikan suatu bentang alam seperti bukit, gunung, sungai, depresi dalam peta kontur karena mempunyai garis kontur yang khas. Jarak antara garis kontur dapat menunnjukan kelandaian atau kecuraman suatu lereng. 
Berdasarkan peta kontur di atas dapat diketahui bahwa area tersebut merupakan kawasan perbukitan, terdapat 2 bukit yang menonjuol dengan ketinggian bukit tertinggi adalah 300 m dpl dan bukit yang lain adalah 200 m dpl. Dapat diketahui peta kontur tersebut menggambarkan 2 bukit karena terdapat 2 garis kontur yang memutar dimana semakin kecil lingkaran semakin tinggi ketinggiannya. Dilihat dari peta medan diketahui kawasan tersebut kawasan perbukitan memiliki medan yang yang naik turun yang berada di dataran rendah (<1000 m dpl). 
Di kawasan tersebut mempunyai sudut kelerengan yang berbeda-beda didaerah bukit mempunyai sudut kelerengan tertinggi mencapai 107,43 % artinya sangat terjal dan sudut kelerengan rata-ratanya yaitu antara 60-80% yang tergolong sangat terjal. Dikawasan tersebut terdapat suatu cekungan (depresi) dengan ditandai adanya garis kontur yang melingkar dimana semakin kecil lingkaran semakin rendah ketinggiannya. Cekungan tersebut dapat menggambarkan suatu tempat penampung air seperti danau. 

4.2 Klasifikasi hubungan antara hubungan kelas sudut lereng dengan penggunaan lahan

Tabel 1.  Hubungan penggunanaan lahan dengan sudut lereng secara optimum

Penggunaan atau aktifitas

Kelas sudut lereng (%)
0-3
3-5
5-10
10-15
15-30
30-70
> 70
Rekreasi umum
+
+
+
+
+
+
+
Bangunan terhitung
+
+
+
+
+
+
+
Penggunaan kota umum
+
+
+
+



Jalan urban / kota
+
+
+




Pusat perdagangan
+
+





Jalan raya / tol
+
+





Lapangan terbang
+






Jalan kereta api
+






Jalan lain
+
+
+
+
+
< 45

Kawasan pertanian
+
+
+
+
+
+
+
Kawasan industri
+
+





Kawasan pariwisata
+
+
+
+
+
+
+
Kawasan pemukiman
+
+
+





Penggunaan suatu lahan harus disesuaikan dengan potendi dari lahan tersebut. daerah dengan kemiringan lereng merupakan salah satu yang harus diperhatikan. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa kelas atau tingkat kelerengan menentukan suatu bentang alam kawasan tersebut. kelas lereng yang mempunyai tanda + menunjukan lahan tersebut mampu untuk dijadikan bentang alam tersebut. Apabila suatu lahan yang di alih fungsikan mejadi sesuatu yang tak mampu ditopangnya maka terjadilah suatu degradasi lahan yang dapat mengakibatkan lahan tersubut tidak optimum penggunaannya dan bahwan berdampak ke area lain seperti daerah dibwahnya. 

4.3 Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi

Pemanfaatan lahan pada satuan geomorfologi ditentukan dari berbagai aspek atau cirri-ciri dari geomorfologi dari wilayah tersebut. cirri-ciri tersebut yaitu keadaan topografi dan morfologinya. Keadaan topografi berupa bagian kelerengan (puncak, lereang bagian atas, lereng bagian tengah, lereng bagian bawah, atau dasar lembah), ketinggian (perbukitan, dataran rendah, perbukitan rendah, perbukitan, perbukitan tinggi, atau pegunungan. Morfologinya berupa kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng. Serta aspek lainnya berupa pola aliran sungai (Bermana, 2006).
Berbagai tipe penggunaan lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-masing tipe mempunyai kekhususan tersendiri. Tipe penggunaan lahan secara umum meliputi pemukiman, kawasan budidaya pertanian, padang penggembalaan, kawasan rekreasi dan lainnya. Badan Pertanahan Nasional mengelompokkan jenis penggunaan lahan sebagai berikut : (1) pemukiman, berupa kombinasi antara jalan, bangunan, tegalan/pekarangan, dan bangunan itu sendiri (kampung dan emplasemen); (2) kebun, meliputi kebun campuran dan kebun sayuran merupakan daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran, baik dengan pola acak maupun teratur sebagai pembatas tegalan; (3) tegalan merupakan daerah yang ditanami umumnya tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tak ditanami dimana vegetasi yang umum dijumpai adalah padi gogo,singkong, jagung, kentang, kedelai dan kacang tanah;(4) sawah merupakan daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi sejak penanaman hingga beberapa hari sebelum panen;(5) hutan merupakan wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan, baik alami maupun dikelola manusia dengan tajuk yang rimbun, besar serta lebat; (6) lahan terbuka, merupakan daerah yang tidak terdapat vegetasi maupun penggunaan lain akibat aktivitas manusia; (7) semak belukar adalah daerah yang ditutupi oleh pohon baik alami maupun yang dikelola dengan tajuk yang relatif kurang rimbun (Widyaningsih, 2008).
Berdasarkan satuan geomorfologi yang terdapat di kawasan peta tersebut adalah daerah perbukitan (200-500 m), perbukitan rendah (50-200 m) dan dataran rendah (< 50 m). Umtuk di area perbukitan yang mempunyai kemiringan lereng yang terjal merupakan kawasan yang dilindungi jadi untuk lahannya tidak dianjurkan sebagai lkawasan industri pertanian melainkan kawasan hutan lidung atau suaka marga satwa. Untuk area kawasan perbukitan rendah yang mempunyai kelerengan landai < 30O dapat digunakan sebagai kawasan hutan industri dan dibawah kelerngan itu dapat digunakan sebagai lahan pertanian budidaya. Begitu juga dikawasan dataran rendah dapat dijadikan pertanian budidaya tanaman dataran rendah dan juga sebagai kawasan perkotaan atau industri.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan adalah:
1. Satuan geomorfologi dapat menentukan bentang alam dari suatu kawasan. Dilihat dari peta kontur dapat melihat bentang alam atau topografi suatu kawasan.
2. Kemiringan lereng menentukan kemampuan sautu lahan.
3. Peta kontur yang ada pada gambar menunjukan kawasan perbukitan dengan keyinggian maksimum 300 m dpl dan kelerengan yang sangat terjal. kawasan tersebut di bagi menjadi 3: kawasan hulu (perbukitan) berdasarkan kemampuannya dapat dijadikan sebagai daerah tangkapan air yaitu vegetasi hutan lindung. Kawasan tengah (perbukitan rendah) berdasarkan kemampuannya dapat dijadikan lahn hutan inudtri maupun budidaya semusim, dan kawasan hilir (dataran rendah) dapat dijadikan lahanbudibaya tanaman semusim maupun perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bermana, Ike. 2006. Klasifikasi Geomorfologi untuk Pemetaan Geologi Yang Telah Dibakukan. Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 161-173.
Thornbury, 1970. Principle Of Geomorfoogi. New York : John Willey and Sons, INC.
Verstappen., H. Th. 1983. Applied Geomorphology.Geomorphological Sureys for Environmental Management. Amsterdam: Elsivier.
Widyaningsih, Iin Widiatni. 2008. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan di Sub Das Keduang Ditinjau dari Aspek Hidrologi. Diakses dari https://eprints.uns.ac.id/6376/1/75081307200905161.pdf pada 09 November 2018 pukul 06.40 WIB

Laporan Akhir Praktikum Geomorfologi Dan Klasifikasi Tanah Laporan Akhir Praktikum Geomorfologi Dan Klasifikasi Tanah Reviewed by Rb rudi on 11/13/2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.